Modal Sosial dan Organisasi
MODAL SOSIAL
Modal sosial dalam perusahaan dicirikan oleh adanya interaksi
sosial timbal balik diantara karyawan dan manajemen dan antarsesama keduanya.
Bentuk interaksi itu didasarkan pada adanya rasa percaya sesama yang mengakar
dalam suatu budaya organisasi dan etika sosial. Karena ada rasa percaya maka
timbul suatu entitas karyawan (manajemen dan non-manajemen) yang memiliki
kebersamaan tentang nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, kebersamaan, dan
pentingnya kerja keras-cerdas. Karyawan menunjukkan kesediaan individunya untuk
mengutamakan keputusan entitas perusahaan. Pertanyaannya apakah setiap
perusahaan otomatis memiliki cirri-ciri modal sosial seperti itu?
Terbentuknya modal
sosial sangat bergantung pada mutu sumberdaya manusia para karyawannya. Dalam
prakteknya bisa jadi mutu mereka berbeda-beda. Baik dilihat dari segi budaya,
latar belakang sosial ekonomi keluarga, pendidikan, ketrampilan, kecerdasan
(intelektual,emosional, dan spiritual), kepemimpinan, dan pengalaman kerja.
Karena modal sosial berperan sebagai unsur perekat para karyawan dalam
melaksanakan visi dan misi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi maka
dibutuhkan sumberdaya manusia yang bermutu.
Mutu SDM sangat
penting untuk mengembangkan modal sosial perusahaan. Setiap karyawan harus
memahami bahwa modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk
saling terbuka, saling percaya, dan bertanggungjawab. Selain itu dengan semakin
meningkatnya mutu SDM diharapkan akan semakin terbentuknya rasa kebersamaan,
kesetiakawanan, dan sekaligus tanggungjawab akan kemajuan bersama. Karena itu
setiap perusahaan seharusnya terdorong untuk membangun dirinya sebagai
organisasi belajar. Yakni suatu organisasi di mana para anggota dari suatu
organisasi secara terus menerus memperluas kemampuannya untuk berkeinginan
belajar dan mengembangkan potensi dirinya. Dalam hal ini pemimpin perusahaan
memegang peranan penting dalam mengembangkan modal sosial di perusahaannya.
Kepemimpinan trasformasional,
demokratis, dan kepemimpinan partisipatif di kalangan manajemen khususnya
manajemen puncak cenderung akan mampu menstimulus para karyawan dalam
memercepat struktur modal sosial dalam bentuk pengembangan visi bersama. Selain
itu kepemimpinan seperti itu berpengaruh pada terbentuknya saling percaya di
kalangan karyawan. Dengan demikian hubungan harmonis di antara karyawan menjadi
modal sosial yang sangat penting dalam membangun tim kerja yang efektif. Pada
gilirannya modal manusia yang bermutu dan modal sosial yang utuh akan mampu
meningkatkan kinerja karyawan dan perusaha.
Modal sosial lebih menekankan
pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antarindividu dalam suatu kelompok
dan antar kelompok dengan ruang
perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antarsesama yang
lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
Menurut Lesser (2000), modal sosial ini sangat penting bagi
komunitas karena beberapa hal berikut :
1. memberikan kemudahan dalam mengakses
informasi bagi anggota komunitas;
2. menjadi media power sharing
atau pembagian kekuasaan dalam komunitas;
3. mengembangkan solidaritas;
4. memungkinkan mobilisasi sumber daya
komunitas;
5. memungkinkan pencapaian bersama; dan
6. membentuk perilaku kebersamaam dan
berorganisasi komunitas.
MODAL
INTELEKTUAL
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan
peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan
MODAL EMOSIONAL
Goldman
menggunakan istilah Emotional Intelligence untuk menggambarkan kemampuan
manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta memahami emosi
orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi
dengan orang lain.
0 komentar :
Posting Komentar