Jumat, 20 Desember 2013

Laporan Widya Wisata



LAPORAN WIDYA WISATA

KE MUSEUM KONPERENSI ASIA-AFRIKA

TANGGAL 8 NOVEMBER 2013
                                           
                           
Disusun oleh:

1. Alit Prabowo (03)

2. Panji M Ngafif (20)

3. Ichrisul Mansurani (10)

4. Afifah Trihaningsih (01)

5. Novita Saraswati (17)





SMP N 3 KUTOWINANGUN

TAHUN AJARAN 2013/2014
Jl. Dwikora Tlp. (0287) 661129 Kode Pos 54393 Kutowinangun, Kebumen
                                               

PENGESAHAN ISI  DAN FORMAT KARYA TULIS

                Isi dan format karya tulis ini disetujui dan disahkan untuk memenuhi tugas dari guru Bahasa Indonesia Semester I SMP NEGERI 3 KUTOWINANANGUN, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen Tahun ajaran 2013/2014 pada :
            Hari                 :
            Tanggal          :
            Tempat           : SMP Negeri 3 Kutowinangun

                                                                                    Kutowinangun,       Desember 2013


Mengetahui

                        Kepala Sekolah                                              Guru Pembimbing



                                H.m. Cholid S.Ag                                                              Bambang Eko P. S.Pd
                  NIP. 19580607 198502 1002                                         NIP. 19630706 198902 1001








ii

MOTTO
*      Kurang pintar dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat diperbaiki dengan pengalaman tapi kurang jujur payah memeperbaikinya. (Penyusun)
*      Buatlah hidup sebagai misi, bukan beristirahat. (Rima Ariyani,B.Inggris kelas IX, halaman 143)
*      Lebih baik mandi keringat dimedan latihan daripada mandi darah dimedan latihan. (Peyusun)
*      Lakukan sesuatu yang biasa dengan cara yang luar biasa. (Laili Istichomah, Matematika kelas IX, halaman 62)
*      Siapa yang kalah dengan senyum dialah pemenangnya. (H. Ubard)
*      Jangan batasi dirimu, pergilah sejauh mana pikiranmu membawa. (Rima Ariyani, B. Inggris kelas IX, HALAMAN 140)
*      Bunga yang tidak akan layu sepanjang zaman adalah Kebajikan. (William Cowper)








iii
PERSEMBAHAN
                                Laporan Karya Tulis ini penulis persembahkan kepada :
1.      Kedua orang tua yang telah membantu penulis, baik secara material maupun spiritual
2.      Untuk guru pembimbing sekolah, yang telah membimbing kami dalam penyusunan karya tulis ini
3.      Untuk Bapak/Ibu guru serta staf karyawan SMP Negeri 3 Kutowinangun
4.      Teman – teman dan adik kelas di SMP Negeri 3 Kutowinangun
5.      Pembaca yang Budiman

















iv
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
            Pembuatan Karya Tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Kutowinangun.
            Pembuatan Karya Tulis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.      Kepala SMP Negeri 3 Kutowinangun.
2.      Segenap Guide yang telah memberi penjelasan.
3.      Guru Pembimbing karya tulis.
4.      Bapak/Ibu Guru beserta Staf Karyawan SMP Negeri 3 Kutowinangun.
5.      Teman-teman yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
6.      Semua pihak yang telah berperan dalam pembuatan karya tulis ini.
            Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan karya tulis ini masih banyak kekurangan karena penyusun masih dalam taraf belajar. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan laporan ini.
            Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi siswa SMP Negeri 3 Kutowinangun.

Kutowinangun,    November 2013
                                                                                                                                Penulis
v
DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL…………………………………………………………………………………...i
HALAMANPENGESAHAN…………………………………………………………………….....….ii
HALAMANMOTTO……………………………………………………………………………,,,…...iii
HALAMANPERSEMBAHAN…………………………………………………………………………iv
KATAPENGANTAR…………………………………………………………………………...v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………..vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………...1
A.

Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………1

B. Tujuan Pengamatan………………………………………………………………………………..1

C. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………..1

D. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………………………..1

E. Sistematika Penulisan…………………………………………………………………………….1

F. Manfaat………………………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………….2

A. Sejarah Konperensi AsiaAfrika……………………………………………………………..,2

B. Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi Asia-Afrika………………….3

C. Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika…………………………………….4

D. Menjelang Konperensi Asia-Afrika…………………………………………………………..6

E. Nama, Status dan Sifat……………………………………………………………………………7

F. Tujuan Pendirian Museum Konperensi Asia-Afrika…………………………………..7

G. Koleksi Ruang Konperensi Asia-Afrika…………………………………………………....8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………10

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………...10

B. Saran-saran…………………………………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………...11

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………....12
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar  Belakang Masalah
  Museum adalah sebuah tempat yang menyimpan atau mengoleksi benda-benda bersejarah dan memiliki nilai serta makna yang ada di dalamnya. Museum juga merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk menemukan informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan.
     Di Bandung yang merupakan salah satu dari Indonesia’s fine  adalah Museum  Konperensi Asia-Afrika. Museum  ini memamerkan koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto documenter peristiwa yang melatarbelakangi Konperensi Asia-Afrika, Pertemuan Tugu, Konperensi Colombo, Konperensi Bogar, dan dampak Konperensi Asia-Afrika bagi dunia Internasional serta Negara-negara peserta Konperensi Asia-Afrika yang dimuat dalam sarana multimedia.

B.     Tujuan Pengamatan
Adapun tujuan penulisan laporan Karya Tulis ini adalah sebgai berikut:
1.       Siswa dapat mengetahui bagaimana sejarah yang melatarbelakangi diadakanya Konperensi Asia-Afrika.
2.       Agar siswa  memiliki teori bukan hanya praktek.
3.       Siswa dapat mengetahui informasi yang terdapat di dalam  Aula Gedung Merdeka.
4.       Memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia

C.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dari laporan ini adalah sebagai berikut;
1.       Bagaimana sejarah dibentuknya Museum Konperensi  Asia-Afrika?
2.       Informasi apa saja yang dapat kita peroleh di Aula Gedung Merdeka yang semula sebagai tempat diadakanya Konperensi Asia-Afrika?
3.       Apa saja hal-hal yang dipamerkan di dalam Museum  Konperensi Asia -Afrika itu?


D.     Metode Pengumpulan Data
                                Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan penyusun  untuk memperoleh dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Dalam penyusunan karya tulis ini berdasarkan data-data yang kami kumpulkan dari lokasi, menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1.       Metode Observasi
       Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mengunjungi langsung obyek untuk mengadakan penelitian.
2.       Metode Tanya Jawab
       Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan Guide-Guide tentang tempat-tempat penyimpanan benda-benda bersejarah dan gedung-gedung beserta lainya.
3.       Metode Ceramah
       Yaitu suatu cara memperoleh data dengan mendengarkan ceramah dari para Guide
4.       Metode Referensi
       Yaitu suatu cara memperoleh data melalui buku-buku pelajaran subyek

E.       Sistematika Penulisan
A.     BAB I (PENDAHULUAN)
        Yang membahas latar belakang masalah, tujuan pengamatan, masalah, metode pengumpulan data, sitemaika dan manfaat.
B.      BAB II ( PEMBAHASAN)
        Berisi teori-tori pembahasan tentang masalah-masalah yang terkait
C.       BAB III ( PENUTUP )
        Berisikan kesimpulan dan saran-saran bagi pembaca.
D.      BAB IV ( DAFTAR PUSTAKA )
        Berisikan nama sumber yang digunakan untuk mendapatkan suatu  informasi.




F.      Manfaat
Manfaat yang mungkin bisa didapat dari laporan Karya Tulis ini yaitu:
1.       Laporan ini mungkin bisa dijadikan contoh oleh adik-adik kelas apabila ditugasi untuk membuat Karya Tulis.
2.       Laporan ini mungkin bisa  untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan diadakanya Konperensi Asia-Afrika
3.       Dapat mengetahui bagaimana cara membuat laporan yang baik dan benar.
















                                                                                                                                                                              BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sejarah  Konperensi Asia-Afrika
                Berakhirnya Perang Dunia II (Agustus 1945) tidak serta merta mengakhiri situasi permusuhan antar bangsa. Situasi dunia terus memanas akibat adanya perang “ Perang Dingin” antara Blok Barat dan Blok Timur, serta masih adanya penjajahan terutama di kawasan Asia dan Afrika. Pengembangan senjata nuklir juga semakin menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang dunia selanjutnya.
                Saat situasi dunia sudah tidak menentu, berlansunglah Konperensi Asia-Afrika pada tanggal 18 -24 April 1955. Konperensi ini berlangsung di Gedung Merdeka di Bandung, diikuti 29 Negara. Hasil Konperensi Asia-Afrika yang paling terkenal adalah Dasasila Bandung, atau sepuluh prinsip dari Bandung. Prinsip-prinsip ini kemudian menjadi pedoman bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika dalam menggalang solidaritas dan kerjasama Internasional. Semangatnya telah menambah kekuatan moral para pejuang kemerdekaan bangsa tersebut.
                Gedung Merdeka, arsitektur yang tak lekang oleh waktu dan sarat makna. Terletak di Jalan Asia-Afrika Bandung. Berdiri pada tahun 1895 sebagai tempat perkumpulan orang-orang Eropa, Societ Concordia.
                Gaya Art Deco ditonjolkan oleh C.P. Wolf Schoemaker pada tahun 1921 untuk memberikan warna rekreasi pada Gedung Merdeka. Perancang A.F Aalbers, pada tahun 1940 menambahkan gaya internasional (Style). Gaya untuk menarik lebih banyak anggota bergabung di Societeit Concordia.
                Pada masa pendudukan Jepang, gedung itu berganti nama menjadi Dai Toa Kaikan dan digunakan sebagai pusat Kebudayaan. Menjelang Konperensi Asia-Afrika tahun 1955, gedung itu mengalami perbaikan dan diubah namanya oleh Presiden Republik Indonesia, Soekarno menjadi Gedung Merdeka. 

                                                              
B.     Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi Asia-Afrika

Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia - Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan,  Afrika Utara.
Perjalanan yang di alami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak abad ke-15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara, terutama di Asia, kemudian memperoleh kemedekaannya, seperti: Indonesia (17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filiphina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949), namun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa negara Asia-Afrika yang telah merdeka pun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa negara Asia-Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah sisa penjajahan
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan "perang dingin".
Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan di bumi kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya benua Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sej ak tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi, karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan (politik devide et impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah¬masalah dunia, namun nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.

C.    Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika
                                                                                 
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan "Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu negara¬negara itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama (commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama di antara negara¬negara Asia Afrika.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan infor¬mal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan yang kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pertanyaan yang diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia "Where do we stand now, we the peoples ofAsia, in this world of ours to day?" ("Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?")
Kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri dengan menyatakan : "We have now indeed arrived at the cross-roads of the history of mankind. It is therefore that we Prime Ministers of five Asian countries are meeting here to discuss those crucial problems of the peoples we represent. There are the very problems which urge Indonesia to propose that another conference be convened wider in scope, between the African andAsian nations. Iam convinced that the problems are not only convened to the Asian countries represented here but also are of equal importance to the African and other Asian countries". ("Kita sekarang berada di persimpangan jalan sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak hanya terjadi di negara-negara Asia yang terwakili di sini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara di Afrika dan Asia lainnya").
Pernyataan tersebut memberi arah kepada lahirnya Konferensi Asia Afrika. Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua peserta konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.
Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi undangan Perdana Menterl Srilanka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan di Tugu (Bogor) pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.

D.     Menjelang Konperensi Asia-Afrika
                         Sebelum Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan, telah terlebih dahulu dilaksanakan pertemuan pendahuluan di Colombo (Srilanka) pada tanggal 28 April 1954 hingga 2 Mei 1954. Pertemuan inilah yang dikenal sebagai Konferensi Colombo. Hasil dari Konferensi Colombo ini adalah kesepakatan untuk menyelenggarakan konferensi lanjutan antara negara-negara Asia-Afrika.
Pertemuan selanjutnya diadakan di Bogor (Indonesia) pada tanggal 28-31 Desember 1954. Dalam pertemuan ini, dibahas mengenai persiapan penyelenggaraan KAA. Konferensi di Bogor ini dikenal sebagai Konferensi Panca Negara. Hasil dari Konferensi Panca Negara antara lain:
Ø  Mengadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada bulan April 1955.
Ø  Menetapkan kelima negara peserta Konferensi Panca Negara (Konferensi  Bogor)    sebagai         negara-negara sponsor.
Ø  Menetapkan jumlah negara Asia Afrika yang akan diundang.
Ø  Menentukan tujuan pokok Konferensi Asia Afrika.
Ø  Konferensi Panca Negara sendiri dihadiri oleh lima negara pelopor, yaitu:
·         Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamijoyo.
·         India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawaharlal Nehru.
·         Pakistan, diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.
·         Srilanka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawa.
·         Burma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri U Nu.
E.      Nama, Status dan Sifat
            Nama Museum ini adalah Museum Konperensi Asia-Afrika. Nama tersebut digunakan untuk mengenang peristiwa Konperensi Asia-Afrika yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi bangsa-bangsa Asia-Afrika.
                Museum ini dibangun oleh pemerintah Repiblik Indonesia dan berada dibawah wewenang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara pengelolaanya dibawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Pada 18 Juni, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar Negeri dibawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri pada tahun 2003 dilakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri dan Museum Konperensi Asia-Afrika dialihkan ke Ditjen informasi, Diplomasi Publik, Perjanjian Internasional saat ini. UPT Museum Konperensi Asia-Afrika berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum sejarah bagi perjuangan politik luar negeri Indonesia.

F.      Tujuan Pendirian Museum Konperensi Asia-Afrika
                Tujuan pendirian Museum KAA, dirumuskan dalam poin-poin kalimat sebagai berikut:
1)     Meyajikan peninggalan-peninggalan, informasi yang berkaitan dengan KAA, termasuk latar belakang, perkembangan Konperensi tersebut, social budaya, dan peran-peran Bangsa-Bangsa Asia-Afrika, khususnya Bangsa Indonesia dalam percaturan politik dan kehidupan dunia.
2)     Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan buku-buku, majalah, surat kabar, naskah, dokumen, dan penerbitan lainya yang berisi uraian dan informasi mengenai kegiatan dan peranan Bangsa-Bangsa Asia-Afrika dan Negara-Negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan dunia serta social budaya Negar-Negara tersebut.
3)      Melakukan penelitian tentang masalah-maslah Asia-Afrika dan Negara-Negara berkembang guna menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian ilmiah dikalangan pelajar, mahsiswa, dosen, dan pemuda Indonesia serta Bangsa-Bangsa Asia-Afrika pada umumnya, dan member masukan bagi kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik Luar Negeri.
4)     Menumpang upaya-upaya dalam ranga mengembangkan kebudayaan Nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan.
5)     Mewnunjang upaya-upaya untuk menciptakan saling pengertian dan kesatuan pendapat serta meningkatkan volume kerjasama diantara Bangsa-Bangsa Asia-Afrika dan Bangsa-Bangsa lainya di dunia.
                    
G.     Koleksi Ruang  Konperensi Asia-Afrika
                Ruang  Konperensi Asia-Afrika memilki beberapa koleksi, diantaranya:
1.       Ruang Pameran Tetap
        Ruang pameran tetap memamerkan koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto documenter peristiwa yang melatar belakangi Konperensi Asia-Afrika. Pertemuan Tugu, Konpernsi Colombo, Konperensi Bogor, Konperensi Asia-Afrika 1955, dan dampak Konperensi Asia-Afrika bagi dunia Internasional, serta profil negar-negara peserta Konperensi Asia-Afrika yang dimuat dalam sarana multimedia. 
2.       Ruang Perpustakaan
        Untuk menunjang kegiatan Museum Konperensi Asia-Afrika, pada 1985 Abdulloh Kmil (Waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London memprakarsai dibuatnya sebuah perpustakaan.
        Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, social,politik, dan buday Negara-Negara di Asia-Afrika, dan Negara-Negara lainya.
3.        Ruang Audio Visual
        Bersamaan dengan berdirinya perpustakaan, di siapkan pula ruang audio visual pada tahun 1985. Ruang tersebut juga diprakarsai oleh Abdullah Kamil. Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film-film documenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an. Konperensi Asia-Afrika dan Konperensi-Konperensi selanjutnya, serta film-film mengenai kebudayaan dari Negara-Negar Asia-Afrika.
4.       Riset
        Museum Konperensi Asia-Afrika meningkatkan berbagai studi mengenai Asia-Afrika dan luar negeri serta menfasilitasi penelitian-penelitian dalam luar negeri yang dilakukan oleh para penelitian dan mahasiswa. 
         
5.    Aktifitas
       Museum Konperensi Asia Afrika menyelenggerakan:            
v  Pemandu. Pemandu dilakukan kepada pengunjung, baik kunjungan resmi tamu pemerintah, maupun kunjungan kelompok umum
v  Pameran Temporer. Museum Konperensi Asia-Afrika menyelenggarakan pameran temporer dalam upaya mengedukasi public berkaitan dengan pelaksanaan politik luar negeri dan sejarah Diplomasi Indonesia. Pameran Temporer ini dilakukan juga dilokasi-lokasi di luar Meseum.
v  Komunitas. Di museum ini terdapat komunitas masyarakat yang dbentuk dan didukung oleh Museum Konperensi Asia-Afrika. Tujuanya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai sejarah, politik Intrnasional, wawasan kebangsaan mengingat tantangan yang dihadapai dalam politik luar negeri Indonesiadimasa yang akan dating. Beberapa kegiatan yang diselenggarakan bekerjasam dengan komunitas antara lain : Diskusi buku, Diskusi film, berbagai festival, Klab budaya, pameran dan lain-lain.
6.      Koleksi Museum
Koleksi Museum Asia-Afrika berjumlah 4.000 buah. Penataanya dikelompokkan menjadi dua bagian , yaitu:
a.       Kloleksi benda-benda tiga dimensi
·         Suasana siding pembukaan Konperensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka 18 April 1950
·         Kursi rotan yang diduduki oleh para delegasi ketika melakukan pertemuan untuk melobi dan mempererat persahabatan.
b.      Galeri foto mengenai : Gedung Merdeka dari masa ke masa
      Sejarah Konperensi Asia-Afrika yang menggambarkan suasana dunia Internasional sebelum diadakanya Konperensi, Konperensi-Konperensi pendahuluan, persiapan dan pelaksanaan serta menampilkan suasana hasil konperensi tersebut terhadap perkembangan dunia Internasional























                                                                                                                                                                                          
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Dari semua yang telah kami tulis, kami dapat menyimpulkan bahwa Museum Konferensi Asia-Afrika merupakan salah satu Museum sejarah Politik Luar Negeri republic Indonesia yang berlokasi di Gedung Merdeka Bandung. Museum yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung Merdeka.
Di bangunnya Museum Konferensi Asia Afrika adalah adanya keinginan dari para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal ini membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah Museum. Ide tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia-Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian Museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia-Afrika.
Oleh karena itu, Objek wisata yang kami kunjungi yaitu, Museum Konfrensi Asia Afrika (KAA) Bandung ini memiliki keindahan dan menyimpan sejarah-sejarah yang luar biasa serta menarik untuk di kunjungi terutama di kalangan pelajar.

2.    Saran-Saran
Adapun Saran – saran kami untuk kedepannya yaitu :
Ø  Kita harus menjaga dan melestarikan Museum-Museum bersejarah yang ada di Indonesia, khususnya Museum Konperensi Asia-Afrika.
Ø  Kita harus menjunjung tinggi nama baik Bangsa dan Negara.
Ø  Kita harus mempelajari dan mengambil hikmah yang terdapat di Museum Konperensi Asia-Afrika.
Ø  Kita harus dapat menjaga sejarah yang sangat tinggi nilainya karena sejarah adalah cermin kehidupan bangsa.
Ø  Kita ahrus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dimasa yang akan datang


LAMPIRAN
                 

                  
                


DAFTAR PUSTAKA
*      Buku Panduan Museum Konperensi Asia-afrika
*      Data pengamatan pribadi
*      Brosur Museum Konperensi Asia-Afrika
*      http:// eviaribowo.blogspot.com /2013/02/Laporan – Study – wisata –       
                                        dikonperensi –Asia. html













































































Ditulis Oleh : Unknown // 18.25
Kategori:

1 komentar :

 
Diberdayakan oleh Blogger.