Jumat, 11 Oktober 2013

makalah eyd


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kegiatan manusia dalam menjalani aktifitasnya dalam kehidupan bermasyarakat yang berbudaya tidak terlepas dari peranan bahasa. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi, agar segala sesuatu yang disampaikan pemakai bahasa dapat dimengerti oleh penerimanya. Dalam menggunakan bahasa, dibutuhkan kaidah-kaidah mengenai penggunaan tata bahasa yang baik dan benar.Karena bahasa yang baik dan benar menjadikan bahasa tersebut lebih bermutu yang akan dijadikan oleh masyarakat sebagai pedoman dalam melakukan komunikasi, terlebih dalam situasi formal. Faktanya masih banyak pemakai bahasa yang belum menyadari bahwa bahasa yang digunakan masih terdapat beberapa kesalahan. Dalam media cetak, seperti surat kabar/koran masih banyak dijumpai kesalahan-kesalahan penggunaan tata bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah EYD yang berlaku saat ini. Hal itu mencerminkan para wartawan yang membuat tulisan tersebut kurang memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang benar.Wacana dalam media cetak /surat kabar dibaca oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia, oleh sebab itu bahasa yang baik dan benar sesuai kaidah EYD hendaknya diterapkan sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan ejaan yang banyak kita lakukan dalam menuliskan bahasa kita, memang kesalahan umum yang pernah dilakukan siapa saja diantara kita. Namun jika kita mengakui bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara, kita harus berusaha menggunakannya sebaik mungkin. B. Rumusan Masalah Mengkaji dari latar belakang penulisan makalah maka rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kesalahan pemenggalan kata dan unsur serapan pada berita yang berjudul Gelar Aksi Gaya Hidup Ramah Lingkungan yang dimuat dalam koran Kedaulatan Rakyat? 2. Bagaimana kesalahan pemakaian tanda baca, gabungan kata, dan unsur serapan pada berita yang berjudul UN Diikuti 9 Siswa Berkebutuhan Khusus yang dimuat dalam koran Kedaulatan Rakyat? 3. Bagaimana kesalahan pemenggalan kata pada berita yang berjudul Deklarasikan Likra Warga Tolak Semen yang dimuat dalam koran Jawa Tengah? C. Tujuan Mengkaji dari latar belakang masalah dan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini yaitu memahami konsep EYD sesuai aturan yang benar dan dalam prakteknya aturan EYD tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses pengggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar BAB II LANDASAN TEORI Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa. Batasan tersebut menunjukkan pengartian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata, sedangkan ejaan adalah suatu system aturan yang jauh lebih luas dari sekadar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ejaa yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat ejaan itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertama bahasa Indonesia, yaitu Ejaan van Ophuijsen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen tidak berlaku lagi pada tahun 1947. Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang ejaan yang pernah berlaku pada masa lalu itu dan sekaligus dapat membandingkannya dengan ejaan sekarang, perhatikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga macam ejaan itu seperti berikut. PERUBAHAN HURUF DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947) Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) (1947-1972) Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (mulai 16 Agustus 1972) Khoesoes Djoem’at Pajoeng Chusus Djum’at pajung khusus Jumat payung Ruang lingkup EYD mencangkupi lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca. 1. Pemakaian Huruf a. Huruf abjad Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf, yaitu sebagai berikut (perhatikan bunyi pelafalannya). Huruf Dibaca Huruf Dibaca Huruf Dibaca A a B b C c D d E e F f G g H h I i A be ce de e ef ge ha i J j K k L l M m N n O o P p Q q R r Je ka el em en o pe ki er S s T t U u V v W w X x Y y Z z Es te u ve we eks ye zet b. Huruf vocal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Huruf Vokal Contoh pemakaian dalam kata Di awal Di tengah Di akhir A e i o u Api enak itu oleh ulang Padi petak simpan kota bumi Lusa sore murni radio ibu c. Huruf diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Huruf Diftong Contoh pemakaian dalam kata Di awal Di tengah Di akhir Ai au oi - aula - - saudara boikot Pandai harimau amboi d. Gabungan huruf konsonan Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Gabungan huruf konsonan Contoh pemakaian dalam kata Di awal Di tengah Di akhir Kh ng ny sy khusus ngilu nyata syarat akhir bangun hanyut isyarat Tarikh senang - Arasy e. Pemenggalan kata Pemenggalan kata pada dasarnya sebagai berikut: Pemenggalan yang salah Pemenggalan yang benar Pu-la-u Kaw-an A-pril Hang-at Per-bu-ru-han Pu-lau Ka-wan Ap-ril Ha-ngat Per-bu-ruh-an 2. Penulisan Huruf Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut : a. Penulisan huruf besar (kapital) Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu: 1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Siapa yang datang tadi malam? Kami sudah mengerjakan tugas bahasa Indonesia. 2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Ayah bertanya, “Kapan kita ke Taman Safari?”. “Kemarin engkau terlambat”, kata ketua kelas. 3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci. Misalnya: Allah akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah. 4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin. Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw. 5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya: Presiden Sukarno memberi bantuan buku. Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas. 6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Hasbi Ega Gozhali Julivia Sabrina Inayah 7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. Misalnya: Dalam hal ini bangsa Indonesia yang…. ...tempat bermukim suku Melayu sejak…. 8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: bulan Maret Perang Diponegoro 9) Digunakan sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Misalnya: Teluk Jakarta Gunung Semeru 10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, Misalnya : Majelis Permusyawaratan Rakyat Undang-Undang Dasar 1945 11) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/lembaga. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial 12) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia agen surat kabar Suara Merdeka. 13) Digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: Surat Saudara sudah saya terima. Para ibu mengunjungi Ibu Linda 14) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan. Misalnya : Dr. : doctor M.M. : magister manajemen 15) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya : Sudahkah Anda sholat? Usulan Anda telah kami terima. b. Penulisan huruf miring Huruf miring digunakan untuk : 1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya: Buku Negarakertagama karangan Prapanca. Majala Nova sedang dibaca. 2) Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata Allah adalah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. 3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing. Misalnya: Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu. Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa. 3. Penulisan Kata Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu : a. Kata dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Kantor pos sangat ramai. Buku itu sudah saya beli. b. Kata turunan Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu : 1) Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak. 2) Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan. 3) Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai. Misalnya : menandatangani, keanekaragaman. 4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata. c. Bentuk ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik d. Gabungan kata 1) Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsur ditulis terpisah. Misalnya : mata kulih, orang tua, rumah sakit, terima kasih 2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang menimbulkan kemungkinan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan. Misalnya : ibu-bapak, anak-istri saya, buku sejarah-baru 3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata. Misalnya : daripada, bagaimana, barangkali, manakala, saputangan e. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: Bolehkah kuambil jeruk ini satu? Kalau mau, boleh kaubaca buku itu. f. Kata depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya : Jangan bermian di jalan. Saya pergi ke kampung halaman. Dewi baru pulang dari kampus. g. Kata sandang si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Salah Benar Sikecil sipemalu sangkancil si kecil si pemalu sang kancil h. Partikel 1) Partikel –lah, dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik. Siapakah yang sedang menangis? 2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu. Misalnya: Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi. Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya. 3) Partikel per yang berarti ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Mereka masuk ruang satu per satu. (‘satu demi satu’) Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter. (‘tiap meter’) i. Singkatan dan akronim 1) Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih. Misalnya: Perseroan Terbatas disingkat PT dan lain-lain disingkat dll. 2) Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata, gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca dan diperlukan sebagai kata. Misalnya: KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) j. Angka dan lambang bilangan Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X. Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut : 1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 lima belas 2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4 tiga perempat 3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II Abad ke-2 4) Kata bilagan yang mendapat akhiran –an. Misalnya : tahun 50-an lima puluhan 5) Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca. Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah. 6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama. Misalnya: Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar) 55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah) 7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan. Misalnya: Amir sedang menonton pertunjukan itu selama dua kali. 4. Penulisan Unsur Serapan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsure pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’homme par l’home. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya dirubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsure serapan itu antara lain: Bahasa Asing Bahasa Indonesia Haemoglobin Stratosfeer Contingent Ratio Exclusive Hemoglobin Stratosfer Kontingen Rasio Eksklusif 5. Pemakaian Tanda Baca a. Tanda titik (.) Penulisan tanda titik dipakai untuk: 1) Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. 2) Di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab. 3) Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. 4) Tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah. 5) D antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. 6) Memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. 7) Tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel. 8) Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. b. Tanda koma (,) Penulisan tanda koma dipakai untuk: 1) Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. 2) Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. 3) Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. 4) Dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat seperti (1) oleh karena itu, (2) jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi. 5) Memisahkan kata seperti: o, ya, wah, aduh, dan kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. 6) Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. 7) Di antara: (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis secara berurutan. 8) Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. 9) Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. 10) Mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. 11) Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. 12) Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. c. Tanda tanya ( ? ) Tanda tanya dipakai pada: 1) Akhir kalimat tanya. 2) Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya. d. Tanda seru ( ! ) Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat. e. Tanda titik koma ( ; ) Tanda titik koma dipakai untuk: 1) Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. 2) Pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk. 3) Memisahkan unsure-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan. f. Tanda titik dua ( : ) Tanda titik dua dipakai pada: 1) Akhir suatu pernyataan lengkap diikuti perincian. 2) Akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. 3) Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan . 4) Di antara jilid atau nomor dan halaman. 5) Di antara bab dan ayat dalam kitab suci. 6) Di antara judul dan anak judul suatu karangan. 7) Di antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. g. Tanda elipsis (…) Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan. h. Tanda garis miring ( / ) Tanda garis miring dipakai: 1) Dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin. 2) Sebagai pengganti kata atau dan tiap. i. Tanda penyingkat atau apostrof ( ‘ ) Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata. j. Tanda petik tunggal ( ‘…’ ) Tanda petik tunggal dipakai untuk: 1) Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. 2) Mengapit terjemahan, makna, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. k. Tanda petik ganda ( “…” ) Tanda petik dipakai untuk: 1) Mengapit kata atau istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. 2) Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat. 3) Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. l. Tanda hubung (-) Tanda hubung dipakai untuk: 1) Menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. 2) Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. 3) Menyambung unsur-unsur kata ulang. 4) Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu ataupun bagian-bagian tanggal, bulan, dan tahun. 5) Memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan. 6) Merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata, (v) nama jabatan rangkap. 7) Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing. m. Tanda pisah ( ) Tanda pisah dipakai untuk: 1) Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. 2) Menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. 3) Antara dua nama tempat atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’. n. Tanda kurung ((…)) Tanda kurung dipakai untuk: 1) Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. 2) Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. 3) Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. 4) Mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan. o. Tanda kurung siku ([…]) Tanda kurung siku dipakai untuk: 1) Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. 2) Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah tertanda kurung. BAB III PEMBAHASAN 1. Analisis kesalahan pemenggalan kata dan unsur serapan pada berita yang berjudul Gelar Aksi Gaya Hidup Ramah Lingkungan yang dimuat dalam Koran Suara Merdeka yaitu: a. Coordinator Eart Hour Jogja, Felix Kris Nugraha mengatakan gerakan ini harus dimulai dari diri sendiri. Dengan mengubah gaya hidup yang ramag lingkungan sekaligus memiliki kesadaran menghemat energi. “Gerakan ini kini telah diter-apkan di 32 kota di Indonesia. Dan Jogja telah memasuki ke tahun keempat,” ujarnya di Sheraton Mustika Yogyakarta and Spa, Sabtu (16/3). Analisis: Kesalahan pada pemenggalan kata yaitu: diter-apkan menjadi dite-rapkan b. Selanjutnya kampanye peduli kesehatan melalui program ‘Health Care’ pada 22 Maret 2013 dengan pengasapan-pemberantasan nyamuk atau fogging di sekitar hotel. Puncaknya 23 Maret 2013 akan digelar kegiatan seremonial yang akan menandai dimatikan dan dihidupkannya listrik selama satu jam. Sekaligus peluncuran lukisan 100 pelukis am-atir dari 5 benua yang dikepalai pelukis serba bisa Trimni Putra yang juga menjadi ‘gong’ dari peringatan Earth Hour 2013. Analisis:  Kesalahan pada unsur serapan seharusnya penulisannya dengan huruf miring yaitu: fogging menjadi fogging  Kesalahan pada pemenggalan kata: am-tir menjadi a-ma-tir 2. Analisis kesalahan pemakaian tanda baca, gabungan kata, dan unsur serapan pada berita yang berjudul UN Diikuti 9 Siswa Berkebutuhan Khusus yang dimuat dalam Koran Suara Merdeka yaitu: a. Dinas Pendidikan juga menjamin, soal UN tidak akan bocor dan pendistribusian diawasi secara ketat. Naskah soal didistribusikan ke Pokja dalam kondisi masih disegel pada H-1. Untuk SMA ada empat Pokja yakni SMA 1 Godean, SMA 1 Sleman, SMA 1 Kalasan dan SMA 2 Ngaglik. Sedangkan Pokja SMK yakni SMK 1 Godean, SMk 1 Kalasan, SMK 1 Depok, SMk 1 Tempel dan SMk 2 Depok. Selanjutnya distribusikan soal dari Pokja ke sekolah dilaksanakan pada hari H. Analisis: Kesalahan pada pemakaian tanda baca koma yaitu:  Untuk SMA ada empat Pokja yakni SMA 1 Godean, SMA 1 Sleman, SMA 1 Kalasan dan SMA 2 Ngaglik. Menjadi: Untuk SMA ada empat Pokja yakni SMA 1 Godean, SMA 1 Sleman, SMA 1 Kalasan, dan SMA 2 Ngaglik.  Sedangkan Pokja SMK yakni SMK 1 Godean, SMk 1 Kalasan, SMK 1 Depok, SMk 1 Tempel dan SMk 2 Depok. Menjadi: Sedangkan Pokja SMK yakni SMK 1 Godean, SMk 1 Kalasan, SMK 1 Depok, SMk 1 Tempel, dan SMk 2 Depok. b. Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Sleman Sofyan S Darmawan meminta bagi peserta UN yang tuna netra dan low vision harus dapat sarana pendukung. Analisis:  Kesalahan pada penggabungan kata yaitu: tuna netra menjadi tunanetra  Kesalahan pada unsur serapan seharusnya huruf ditulis miring yaitu: low vision menjadi low vision. 3. Ratusan warga dari sejumlah kecamatan, terutama Tambakromo dan Kayen hadir dalam deklarasi Likra di lapan-gan Desa Karangawen, Kecamatan Tambakromo, kemarin. Dalam kesempatan itu juga hadir warga Tuban, Jawa Timur, Edy Toyyibi yang member testimony seputar kepahitan hidup masyarakat yang bermukim di dekat pabrik semen. Hal ini sekaligus menepis asumsi sejumlah kalangan, ger-akan penolakan pabrik semen belakangan ini hanya dilakukan dan dimotori warga Kecamatan Sukolilo. Analisis:  Kesalahan pada pemenggalan kata yaitu: lapan-gan menjadi lapa-ngan ger-akan menjadi gera-kan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan dan analisis data yang telah diuraiakan, maka hasil analisis dapat disimpulkan : 1). Media cetak masih melakukan beberapa kesalahan dalam menggunakan aturan EYD. 2). Beberapa bentuk kesalahan yang masih terjadi diantaranya adalah kesalahan pada pemenggalan kata, unsur serapan, pemakaian tanda baca, penggabungan kata. 3). Ada kemungkinan jumlah kesalahan akan lebih banyak muncul apabila analisis diperluas dan dilakukan lebih kritis. B. Saran Dalam kehidupan sehari-hari kita sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan EYD bukan hanya sekedar tahu teori EYD namun tidak mau memprakteknya. Selain itu hasil analisis ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis data-data lain, media cetak lain agar penulisan tata bahasa Indonesia sesuai EYD lebih bermutu. DAFTAR PUSTAKA Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan Bahasa. Jakarta : Diksi Insan Mulia. Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta. : KawanPustaka http://arerariena.worspress.com/2011/02/02/analisis-analisis kesalahan. LAMPIRAN

Ditulis Oleh : Unknown // 16.06
Kategori:

0 komentar :

Posting Komentar

 
Diberdayakan oleh Blogger.