BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Museum adalah sebuah tempat yang menyimpan
atau mengoleksi benda-benda bersejarah dan memiliki nilai serta makna yang ada
di dalamnya. Museum juga merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk
menemukan informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Di Bandung yang merupakan salah satu dari
Indonesia’s fine adalah Museum Konperensi Asia-Afrika. Museum ini memamerkan koleksi berupa benda-benda tiga
dimensi dan foto-foto documenter peristiwa yang melatarbelakangi Konperensi
Asia-Afrika, Pertemuan Tugu, Konperensi Colombo, Konperensi Bogar, dan dampak
Konperensi Asia-Afrika bagi dunia Internasional serta Negara-negara peserta
Konperensi Asia-Afrika yang dimuat dalam sarana multimedia.
B. Tujuan Pengamatan
Adapun tujuan penulisan laporan Karya
Tulis ini adalah sebgai berikut:
1.
Siswa dapat mengetahui bagaimana sejarah yang
melatarbelakangi diadakanya Konperensi Asia-Afrika.
2.
Agar siswa memiliki
bukan hanya teori, tapi praktiknya dalam penanaman karakter bagi kami.
3.
Siswa dapat mengetahui informasi yang akurat tentang
semua hal yang terdapat di dalam Aula Gedung Merdeka.
4.
Memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
C.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dari laporan ini adalah sebagai berikut;
1.
Bagaimana sejarah dibentuknya Museum Konperensi Asia-Afrika?
2.
Informasi apa saja yang dapat kita peroleh di Aula
Gedung Merdeka yang semula sebagai tempat diadakanya Konperensi Asia-Afrika?
3.
Apa saja hal-hal yang dipamerkan di dalam Museum Konperensi Asia -Afrika itu?
D.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu
cara yang digunakan penyusun untuk
memperoleh dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Dalam penyusunan karya
tulis ini berdasarkan data-data yang kami kumpulkan dari lokasi, menggunakan
metode-metode sebagai berikut:
1.
Metode Observasi
Yaitu suatu cara untuk
memperoleh data dengan cara mengunjungi langsung obyek untuk mengadakan
penelitian.
2.
Metode Tanya Jawab
Yaitu suatu cara untuk
memperoleh data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan Guide-Guide tentang
tempat-tempat penyimpanan benda-benda bersejarah dan gedung-gedung beserta
lainya.
3.
Metode Ceramah
Yaitu suatu cara memperoleh data dengan
mendengarkan ceramah dari para Guide.
4.
Metode Referensi
Yaitu suatu cara memperoleh data melalui
buku-buku pelajaran subyek.
E.
Sistematika Penulisan
A.
BAB I (PENDAHULUAN)
Yang membahas latar belakang masalah,
tujuan pengamatan, masalah, metode pengumpulan data, sitematika dan manfaat.
B.
BAB II ( PEMBAHASAN)
Berisi teori-tori pembahasan tentang
masalah-masalah yang terkait.
C.
BAB III ( PENUTUP )
Berisikan kesimpulan dan saran-saran
bagi pembaca.
D.
BAB IV ( DAFTAR PUSTAKA )
Berisikan nama sumber yang digunakan untuk
mendapatkan informasi.
F.
Manfaat
Manfaat yang mungkin bisa didapat dari laporan Karya
Tulis ini yaitu:
1.
Laporan ini mungkin bisa dijadikan contoh oleh
adik-adik kelas apabila ditugasi untuk membuat Karya Tulis.
2.
Laporan ini mungkin bisa untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
kami yang berkaitan dengan diadakanya Karya Wisata di Gedung Museum Konperensi
Asia-Afrika
3.
Dapat mengetahui bagaimana cara membuat laporan yang
baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Konperensi Asia-Afrika
Berakhirnya Perang Dunia II (Agustus 1945) tidak serta merta mengakhiri
situasi permusuhan antar bangsa. Situasi dunia terus memanas akibat adanya
perang “ Perang Dingin” antara Blok Barat dan Blok Timur, serta masih adanya
penjajahan terutama di kawasan Asia dan Afrika. Pengembangan senjata nuklir
juga semakin menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang dunia selanjutnya.
Saat
situasi dunia sudah tidak menentu, berlansunglah Konperensi Asia-Afrika pada
tanggal 18 -24 April 1955. Konperensi ini berlangsung di Gedung Merdeka di
Bandung, diikuti 29 Negara. Hasil Konperensi Asia-Afrika yang paling terkenal
adalah Dasasila Bandung, atau sepuluh prinsip dari Bandung. Prinsip-prinsip ini
kemudian menjadi pedoman bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika dalam menggalang
solidaritas dan kerjasama Internasional. Semangatnya telah menambah kekuatan
moral para pejuang kemerdekaan bangsa tersebut.
Gedung
Merdeka, arsitektur yang tak lekang oleh waktu dan sarat makna. Terletak di
Jalan Asia-Afrika Bandung. Berdiri pada tahun 1895 sebagai tempat perkumpulan
orang-orang Eropa, Societ Concordia.
Gaya
Art Deco ditonjolkan oleh C.P. Wolf Schoemaker pada tahun 1921 untuk memberikan
warna rekreasi pada Gedung Merdeka. Perancang A.F Aalbers, pada tahun 1940
menambahkan gaya internasional (Style). Gaya untuk menarik lebih banyak anggota
bergabung di Societeit Concordia.
Pada
masa pendudukan Jepang, gedung itu berganti nama menjadi Dai Toa Kaikan dan
digunakan sebagai pusat Kebudayaan. Menjelang
Konperensi Asia-Afrika tahun 1955,
gedung itu mengalami perbaikan dan diubah namanya oleh Presiden Republik
Indonesia, Soekarno menjadi Gedung Merdeka.
B.
Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi
Asia-Afrika
Berakhirnya Perang Dunia
II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara
bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di
beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia - Afrika, masih ada
masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus
berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo
Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika
Utara.
Perjalanan yang di alami oleh negara-negara di
kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak abad ke-15. Walaupun
sejak tahun 1945 banyak negara, terutama di Asia, kemudian memperoleh
kemedekaannya, seperti: Indonesia (17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam
(2 September 1945), Filiphina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India
(15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan
Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949), namun masih banyak negara lainnya
yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan
di wilayah Afrika lainnya. Beberapa negara Asia-Afrika yang telah merdeka pun
masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair,
Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa negara
Asia-Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah sisa
penjajahan
Masalah-masalah tersebut sebagian
disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi
maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh
Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok
berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung
mereka. Hal ini
mengakibatkan tetap
hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara
kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan
sebutan "perang dingin".
Timbulnya pergolakan
dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan di bumi kita ini, terutama
di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya benua Asia
dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sej
ak tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak
pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti
Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina;
dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun
masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia
tentang Irian Barat, India dan Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab
tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi, karena
tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh
Amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama
bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda kekhawatiran akibat makin
dikembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia.
Situasi dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih
terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan
(politik devide et impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu
telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
berfungsi menangani masalah¬masalah dunia, namun nyatanya badan ini belum
berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang
ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh
bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya
gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
C. Lahirnya Ide Pelaksanaan
Konferensi Asia-Afrika
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang
politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali
Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan
"Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang
penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara
tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia
yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai
benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang
menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu
negara¬negara itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama
dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama
(commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama
tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut
mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama
di antara negara¬negara Asia Afrika.
Pada awal tahun 1954,
Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala mengundang para Perdana
Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali
Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu
pertemuan infor¬mal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua
pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan yang kemudian disebut
Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei
1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan
bersama.
Yang menarik perhatian para peserta
konferensi, diantaranya pertanyaan yang diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia
"Where do we stand now, we the peoples ofAsia, in this world of ours to
day?" ("Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di
tengah-tengah persaingan dunia?")
Kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri dengan
menyatakan : "We have now indeed arrived at the cross-roads of the
history of mankind. It is therefore that we Prime Ministers of five Asian
countries are meeting here to discuss those crucial problems of the peoples we
represent. There are the very problems which urge Indonesia to propose that
another conference be convened wider in scope, between the African andAsian
nations. Iam convinced that the problems are not only convened to the Asian
countries represented here but also are of equal importance to the African and
other Asian countries". ("Kita sekarang berada di persimpangan
jalan sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima Perdana Menteri
negara-negara Asia bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah yang
krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal
yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang
lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya bahwa
masalah-masalah itu tidak hanya terjadi di negara-negara Asia yang terwakili di
sini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara di Afrika dan Asia
lainnya").
Pernyataan tersebut
memberi arah kepada lahirnya Konferensi Asia Afrika. Selanjutnya, soal perlunya
Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang
berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua peserta konferensi, walaupun
masih dalam suasana keraguan.
Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo
untuk memenuhi undangan Perdana Menterl Srilanka dengan membawa bahan-bahan
hasil perumusan Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil
rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika
yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut
diadakan di Tugu (Bogor) pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir
Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi
membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan
menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki
sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
D.
Menjelang
Konperensi Asia-Afrika
Sebelum Konferensi Asia
Afrika (KAA) diselenggarakan, telah terlebih dahulu dilaksanakan pertemuan
pendahuluan di Colombo (Srilanka) pada tanggal 28 April 1954 hingga 2 Mei 1954.
Pertemuan inilah yang dikenal sebagai Konferensi Colombo. Hasil dari Konferensi
Colombo ini adalah kesepakatan untuk menyelenggarakan konferensi lanjutan
antara negara-negara Asia-Afrika.
Pertemuan selanjutnya diadakan di Bogor
(Indonesia) pada tanggal 28-31 Desember 1954. Dalam pertemuan ini, dibahas
mengenai persiapan penyelenggaraan KAA. Konferensi di Bogor ini dikenal sebagai
Konferensi Panca Negara. Hasil dari Konferensi Panca Negara antara lain:
Ø Mengadakan
Konferensi Asia Afrika di Bandung pada bulan April 1955.
Ø Menetapkan
kelima negara peserta Konferensi Panca Negara (Konferensi Bogor) sebagai negara-negara sponsor.
Ø Menetapkan
jumlah negara Asia Afrika yang akan diundang.
Ø Menentukan
tujuan pokok Konferensi Asia Afrika.
Ø Konferensi
Panca Negara sendiri dihadiri oleh lima negara pelopor, yaitu:
·
Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Mr.
Ali Sastroamijoyo.
·
India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri
Pandit Jawaharlal Nehru.
·
Pakistan, diwakili oleh Perdana Menteri
Mohammad Ali Jinnah.
·
Srilanka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir
John Kotelawa.
·
Burma (sekarang Myanmar), diwakili oleh
Perdana Menteri U Nu.
E.
Nama, Status dan Sifat
Nama Museum ini adalah Museum Konperensi Asia-Afrika.
Nama tersebut digunakan untuk mengenang peristiwa Konperensi Asia-Afrika yang
menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi bangsa-bangsa Asia-Afrika.
Museum
ini dibangun oleh pemerintah Repiblik Indonesia dan berada dibawah wewenang
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara pengelolaanya dibawah
koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa
Barat. Pada 18 Juni, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar
Negeri dibawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri
pada tahun 2003 dilakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri dan
Museum Konperensi Asia-Afrika dialihkan ke Ditjen informasi, Diplomasi Publik,
Perjanjian Internasional saat ini. UPT Museum Konperensi Asia-Afrika berada
dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum sejarah
bagi perjuangan politik luar negeri Indonesia.
F.
Tujuan Pendirian Museum
Konperensi Asia-Afrika
Tujuan pendirian Museum KAA,
dirumuskan dalam poin-poin kalimat sebagai berikut:
1)
Meyajikan peninggalan-peninggalan, informasi yang
berkaitan dengan KAA, termasuk latar belakang, perkembangan Konperensi
tersebut, social budaya, dan peran-peran Bangsa-Bangsa Asia-Afrika, khususnya
Bangsa Indonesia dalam percaturan politik dan kehidupan dunia.
2)
Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan buku-buku,
majalah, surat kabar, naskah, dokumen, dan penerbitan lainya yang berisi uraian
dan informasi mengenai kegiatan dan peranan Bangsa-Bangsa Asia-Afrika dan
Negara-Negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan dunia serta
social budaya Negar-Negara tersebut.
3)
Melakukan
penelitian tentang masalah-maslah Asia-Afrika dan Negara-Negara berkembang guna
menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian ilmiah dikalangan pelajar,
mahsiswa, dosen, dan pemuda Indonesia serta Bangsa-Bangsa Asia-Afrika pada
umumnya, dan member masukan bagi kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik
Luar Negeri.
4)
Menumpang upaya-upaya dalam ranga mengembangkan
kebudayaan Nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan.
5)
Mewnunjang upaya-upaya untuk menciptakan saling
pengertian dan kesatuan pendapat serta meningkatkan volume kerjasama diantara
Bangsa-Bangsa Asia-Afrika dan Bangsa-Bangsa lainya di dunia.
G.
Koleksi Ruang Konperensi Asia-Afrika
Ruang Konperensi Asia-Afrika memilki beberapa
koleksi, diantaranya:
1.
Ruang Pameran Tetap
Ruang pameran tetap memamerkan koleksi
berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto documenter peristiwa yang melatar
belakangi Konperensi Asia-Afrika. Pertemuan Tugu, Konpernsi Colombo, Konperensi
Bogor, Konperensi Asia-Afrika 1955, dan dampak Konperensi Asia-Afrika bagi
dunia Internasional, serta profil negar-negara peserta Konperensi Asia-Afrika
yang dimuat dalam sarana multimedia.
2.
Ruang Perpustakaan
Untuk menunjang kegiatan Museum Konperensi
Asia-Afrika, pada 1985 Abdulloh Kmil (Waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan
Besar Republik Indonesia di London memprakarsai dibuatnya sebuah perpustakaan.
Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku
mengenai sejarah, social,politik, dan buday Negara-Negara di Asia-Afrika, dan
Negara-Negara lainya.
3.
Ruang Audio Visual
Bersamaan dengan berdirinya perpustakaan,
di siapkan pula ruang audio visual pada tahun 1985. Ruang tersebut juga
diprakarsai oleh Abdullah Kamil. Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan
film-film documenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an. Konperensi
Asia-Afrika dan Konperensi-Konperensi selanjutnya, serta film-film mengenai
kebudayaan dari Negara-Negar Asia-Afrika.
4.
Riset
Museum Konperensi Asia-Afrika meningkatkan
berbagai studi mengenai Asia-Afrika dan luar negeri serta menfasilitasi
penelitian-penelitian dalam luar negeri yang dilakukan oleh para penelitian dan
mahasiswa.
5. Aktifitas
Museum Konperensi Asia Afrika menyelenggerakan:
v Pemandu. Pemandu
dilakukan kepada pengunjung, baik kunjungan resmi tamu pemerintah, maupun
kunjungan kelompok umum
v Pameran Temporer.
Museum Konperensi Asia-Afrika menyelenggarakan pameran temporer dalam upaya
mengedukasi public berkaitan dengan pelaksanaan politik luar negeri dan sejarah
Diplomasi Indonesia. Pameran Temporer ini dilakukan juga dilokasi-lokasi di
luar Meseum.
v Komunitas. Di museum
ini terdapat komunitas masyarakat yang dbentuk dan didukung oleh Museum
Konperensi Asia-Afrika. Tujuanya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
sejarah, politik Intrnasional, wawasan kebangsaan mengingat tantangan
yang dihadapai dalam
politik luar negeri Indonesia dimasa yang akan dating. Beberapa kegiatan yang
diselenggarakan bekerjasam dengan komunitas antara lain : Diskusi buku, Diskusi
film, berbagai festival, Klab budaya, pameran dan lain-lain.
6.
Koleksi Museum
Koleksi Museum Asia-Afrika berjumlah
4.000 buah. Penataanya dikelompokkan menjadi dua bagian , yaitu:
a.
Kloleksi benda-benda tiga dimensi
·
Suasana sidang pembukaan Konperensi Asia-Afrika di Gedung
Merdeka 18 April 1950
·
Kursi rotan yang diduduki oleh para delegasi ketika
melakukan pertemuan untuk melobi dan mempererat persahabatan.
b.
Galeri foto mengenai : Gedung Merdeka dari masa ke masa
Sejarah
Konperensi Asia-Afrika yang menggambarkan suasana dunia Internasional sebelum
diadakanya Konperensi, Konperensi-Konperensi pendahuluan, persiapan dan
pelaksanaan serta menampilkan suasana hasil konperensi tersebut terhadap
perkembangan dunia Internasional.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari semua yang telah kami tulis, kami dapat menyimpulkan
bahwa Museum Konferensi Asia-Afrika
merupakan salah satu Museum sejarah Politik Luar Negeri republic Indonesia yang
berlokasi di Gedung Merdeka Bandung. Museum yang memiliki hubungan yang sangat
erat dengan Gedung Merdeka.
Di bangunnya Museum Konferensi Asia Afrika adalah
adanya keinginan dari para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk
mengetahui tentang Gedung Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika
berlangsung. Hal ini membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof. Dr.
Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah Museum.
Ide tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun
Konferensi Asia-Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan
Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian Museum ini
diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan peringatan 25 tahun
Konferensi Asia-Afrika.
Oleh karena itu, Objek wisata yang kami kunjungi yaitu,
Museum Konfrensi Asia Afrika (KAA) Bandung ini memiliki keindahan dan menyimpan
sejarah-sejarah yang luar biasa serta menarik untuk di kunjungi terutama di
kalangan pelajar.
2.
Saran-Saran
Adapun Saran – saran
kami untuk kedepannya yaitu :
Ø Kita harus
menjaga dan melestarikan Museum-Museum bersejarah yang ada di Indonesia,
khususnya Museum Konperensi Asia-Afrika.
Ø Kita harus
menjunjung tinggi nama baik Bangsa dan Negara.
Ø Kita harus
mempelajari dan mengambil hikmah yang terdapat di Museum Konperensi Asia-Afrika.
Ø Kita harus
dapat menjaga sejarah yang sangat tinggi nilainya karena sejarah adalah cermin
kehidupan bangsa.
Ø Kita ahrus
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dimasa yang akan dating.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Museum Geologi Bandung
Data pengamatan pribadi
Brosur Museum Geologi Bandung
http:// eviaribowo.blogspot.com
/2013/02/Laporan – Study – wisata –
digeologi-
bandung. html
0 komentar :
Posting Komentar