Hubungan Agama, Etika dan Nilai
     Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,
manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang tertinggi berkat kelebihan
akal/pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Berkat pikirannya, manusia
mampu memperoleh ilmu (pengetahuan) tentang hakikat keberadaan (duniawi)
melalui proses penalaran serta mampu menyadari adanya kukuatan yang terbatas di
luar dirinya yang menciptakan dan mengatur eksistensi alam raya.
     Semua agama melalui kitab sucinya
masing-masing mengajarkan tentang tiga hal pokok, yaitu: 
1.     Hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti
Allah, Buddha, Brahma, Kekuatan  
tak terbatas dan
lain-lain), 
     2. etika, tata susila dan 
     3. ritual, tata cara beribadat. Jelas
sekali bahwa antara agam dan etika 
      tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama
yang mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas) seseorang
ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia
dengan Tuhan), tetapi juga oleh kualitas moral/etika (kualitas hubungan manusia
dengan manusia lain dalam masyarakat dan dengan alam).
     Akhirnya, tingkat keyakinan dan kepasrahan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tingkat/kualitas peribadatan, dan
tingkat/kualitas moral seseorang akan menentukan gugus/hierarki nilai kehidupan
yang telah dicapai. Tujuan semua agama adalah untuk merealisasikan nilai
tertinggi, yaitu hidup kekal di akhirat. Dari sudut pandang semua agama,
pencapaian nilai-nilai kehidupan duniawi bukan merupakan tujuan akhir, tetapi
hanya merupakan tujuan sementara atau tujuan antara dan dianggap hanya sebagai
media atau alat untuk mendukung pencapaian tujuan akhir.
Etika dan Perilaku ekonomi
     Etika sebagai ajaran baik buruk, benar –
salah, atau ajaran tentang moral , khususnya dalam perilaku dan tindakan –
tindakan ekonomi , bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak
ajaran dan paham:
1.     Dalam ekonomi barat menunjuk pada
Injil.
2.     Dalam ekonomi Yahudi menunjuk Taurat.
3.     Dalam ekonomi Islam menujuk Al –
Quran.
Dari ajaran dan paham
tersebut diatas menimbulkan  semangat 
(spirit ) . Dari etika
agama Kristen – protestan telah melahirkan semangat kapitalisme, sedangkan
etika agama Islam tidak mengarah kepada kapitalisme maupun sosialisme. Jika
kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan sosialisme pada
kolektivisme, maka Islam menekankan emapat sifat sekaligus :
a.     Kesatuan ( unity ).
b.     Keseimbangan ( equilibrium ).
c.      Kebebasan ( free will ).
d.     Tanggungjawab  ( responsibility )
Hukum, Etika dan Etiket
Hukum,
etika dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai arti
yan hampir sama walaupun terdapat juga perbedaan. Table 3.1 berikut ini
menjelaskan persamaan dan perbedaan ketiga istilah tersebut.
Table 3.1
Persamaan dan Perbedaan Hukum, Etika dan Etiket
| 
   
No 
 | 
  
   
Hukum 
 | 
  
   
Etika  
 | 
  
   
Etiket 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
Persamaan: Sama-sama mengatur
  perilaku manusia 
 | 
 ||
| 
   
2 
 | 
  
   
Perbedaan: 
 | 
 ||
| 
   
A 
 | 
  
   
Sumber Hukum: 
Negara, Pemerintah 
 | 
  
   
Sumber Etika: 
Masyarakat 
 | 
  
   
Sifat Etiket: 
Golongan Masyarakat 
 | 
 
| 
   
B 
 | 
  
   
Sifat Pengaturan:  
Tertulis berupa Undang-undang,
  peraturan pemerintah dan sebagainya 
 | 
  
   
Sifat Pengaturan:  
Ada yang lisan (berupa adaptasi  kebiasaan) dan ada yang tertulis (berupa
  kode etik) 
 | 
  
   
Sifat Pengaturan:  
Lisan 
 | 
 
| 
   
C 
 | 
  
   
Objek yang diatur: 
Bersifat lahiriah (misalnya: hukum
  warisan, hukum agrarian, hukum tata negara) dan rohaniah (misalnya: hukum
  pidana) 
 | 
  
   
Objek yang diatur: 
Bersifat rohaniah, misalnya: perilaku
  etis (jujur tidak menipu, bertanggung jawab) dan perilaku tidak etis
  (korupsi, mencuri, berzina) 
 | 
  
   
Objek yang diatur: 
Bersifat lahiriah, misalnya: tata
  cara berpakaian (untuk pesta, sekolah, pertemuan resmi, berkabung, dan
  lain-lain), tata cara menerima tamu, tata cara berbicara dengan orang tua dan
  sebagainya. 
 | 
 
0 komentar :
Posting Komentar