Minggu, 01 November 2015

Hubungan Agama, Etika dan Nilai

Hubungan Agama, Etika dan Nilai
     Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang tertinggi berkat kelebihan akal/pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Berkat pikirannya, manusia mampu memperoleh ilmu (pengetahuan) tentang hakikat keberadaan (duniawi) melalui proses penalaran serta mampu menyadari adanya kukuatan yang terbatas di luar dirinya yang menciptakan dan mengatur eksistensi alam raya.
     Semua agama melalui kitab sucinya masing-masing mengajarkan tentang tiga hal pokok, yaitu:
1.     Hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti Allah, Buddha, Brahma, Kekuatan  
tak terbatas dan lain-lain),
     2. etika, tata susila dan
     3. ritual, tata cara beribadat. Jelas sekali bahwa antara agam dan etika
      tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama yang mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas) seseorang ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga oleh kualitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan dengan alam).

     Akhirnya, tingkat keyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tingkat/kualitas peribadatan, dan tingkat/kualitas moral seseorang akan menentukan gugus/hierarki nilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan semua agama adalah untuk merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal di akhirat. Dari sudut pandang semua agama, pencapaian nilai-nilai kehidupan duniawi bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya merupakan tujuan sementara atau tujuan antara dan dianggap hanya sebagai media atau alat untuk mendukung pencapaian tujuan akhir.

Etika dan Perilaku ekonomi
     Etika sebagai ajaran baik buruk, benar – salah, atau ajaran tentang moral , khususnya dalam perilaku dan tindakan – tindakan ekonomi , bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham:
1.     Dalam ekonomi barat menunjuk pada Injil.
2.     Dalam ekonomi Yahudi menunjuk Taurat.
3.     Dalam ekonomi Islam menujuk Al – Quran.

Dari ajaran dan paham tersebut diatas menimbulkan  semangat
(spirit ) . Dari etika agama Kristen – protestan telah melahirkan semangat kapitalisme, sedangkan etika agama Islam tidak mengarah kepada kapitalisme maupun sosialisme. Jika kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan sosialisme pada kolektivisme, maka Islam menekankan emapat sifat sekaligus :
a.     Kesatuan ( unity ).
b.     Keseimbangan ( equilibrium ).
c.      Kebebasan ( free will ).
d.     Tanggungjawab  ( responsibility )

Hukum, Etika dan Etiket
Hukum, etika dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai arti yan hampir sama walaupun terdapat juga perbedaan. Table 3.1 berikut ini menjelaskan persamaan dan perbedaan ketiga istilah tersebut.

Table 3.1
Persamaan dan Perbedaan Hukum, Etika dan Etiket
No
Hukum
Etika
Etiket
1
Persamaan: Sama-sama mengatur perilaku manusia
2
Perbedaan:
A
Sumber Hukum:
Negara, Pemerintah
Sumber Etika:
Masyarakat
Sifat Etiket:
Golongan Masyarakat
B
Sifat Pengaturan:
Tertulis berupa Undang-undang, peraturan pemerintah dan sebagainya
Sifat Pengaturan:
Ada yang lisan (berupa adaptasi  kebiasaan) dan ada yang tertulis (berupa kode etik)
Sifat Pengaturan:
Lisan
C
Objek yang diatur:
Bersifat lahiriah (misalnya: hukum warisan, hukum agrarian, hukum tata negara) dan rohaniah (misalnya: hukum pidana)
Objek yang diatur:
Bersifat rohaniah, misalnya: perilaku etis (jujur tidak menipu, bertanggung jawab) dan perilaku tidak etis (korupsi, mencuri, berzina)

Objek yang diatur:
Bersifat lahiriah, misalnya: tata cara berpakaian (untuk pesta, sekolah, pertemuan resmi, berkabung, dan lain-lain), tata cara menerima tamu, tata cara berbicara dengan orang tua dan sebagainya.






Ditulis Oleh : Unknown // 23.02
Kategori:

0 komentar :

Posting Komentar

 
Diberdayakan oleh Blogger.